Pulo yito huta ngodatahu u kikinga ngope'e lo benua wawu lebe damango lo karang, to helililiyo taluhu. Himbunguwa lo pulo tangguliyo pulo-pulo meyalokepulauan (bahasa Inggris: archipelago).
Konvensi PBB tomimbihu Hukum Laut Internasional tahun 1982 (UNCLOS ’82) pasal 121 mendefinisikan pulo (Ingg.: island) odelo "datahu u yilowali secara alami wawu to helililiyo taluhu, wawu layito to yitato taluhu to wakutu lalabu uda'a. Wonu odelo humaya lolo'iya, pulo tuwawu diya mowali lumodu'o to sa'ati lalabu moda'a. Wopato syarati u musti woluwo alihu huta/tudu tuwawu mowali tanggulala 'pulo' de'uwito yito:
Dengan demikian, gosong pasir, lumpur ataupun karang, yang terendam air pasang tinggi, menurut definisi di atas tak dapat disebut sebagai pulau. Begitupun gosong lumpur atau paparan lumpur yang ditumbuhi mangrove, yang terendam oleh air pasang tinggi, meskipun pohon-pohon bakaunya selalu muncul di atas muka air.
Pulau memiliki sebutan bermacam-macam di Indonesia. Bentuk tidak bakunya adalah pulo. Kata pinzaman dari bahasa Sanskerta juga kerap digunakan, nusa. Di lepas pantai timur Jawa orang menyebut pulau kecil sebagai gili.
Di Indonesia, secara definisi, pulau kecil merupakan pulau yang mempunyai luasan kurang atau sama dengan 10.000 km².