Asosiasi bebas (psikologi)

Teknik asosiasi bebas

Asosiasi bebas adalah teknik yang digunakan dalam terapi psikoanalisis. Teknik ini menuntut klien untuk mengatakan segala sesuatu yang muncul dalam kesadarannya dengan leluasa, tanpa perlu berusaha membuat uraian yang logis, teratur dan penuh arti. Teknik ini dikembangkan oleh Sigmund Freud setelah mempelajari teknik baru yang telah digunakan oleh teman dan koleganya yakni Dr. Joseph Breuer dalam merawat klien kasus histeria. Terapi psikoanalisis menggunakan asosiasi bebas untuk mengungkap alam bawah sadar klien terhadap suatu perilaku yang dianggap klien mengganggu atau yang menurut orang lain menyimpang.

Sejarah penemuan

Sigmund Freud, penemu teknik asosiasi bebas

Pada awalnya, Joseph Breuer yang merupakan kolega Sigmund Freud melakukan terapi bicara melalui katarsis. Klien ketika terapi katarsis mengungkapkan hal-hal yang emosional secara spontan, bebas, tanpa hambatan dan dibicarakan dalam keadaan hipnosis. Klien juga diberikan sugesti-sugesti agar bersedia untuk terbuka dan menceritakan keluhan-keluhannya. Hal ini menjadi perbedaan yang mencolok dengan Sigmund Freud karena Sigmund Freud melakukan pembicaraan dengan klien tidak dilakukan dalam keadaan hipnosis, melainkan klien dalam keadaan sadar, dan dengan tindakan aktif. Pada tahun 1884, Sigmund Freud berpisah dengan Joseph Breuer. Setelah itu Sigmund Freud semakin memperhatikan alam ketidaksadaran dan melakukan analisis-analisis mengenai dasar-dasar timbulnya neurosis.

Pada tanggal 30 Maret 1896, muncul istilah psikoanalisis yang mendasarkan pada pernyataan Sigmund Freud bahwa dengan psikoanalisis dilakukan upaya untuk mempengaruhi proses-proses psikologis dengan cara psikologis. Dalam melakukan kegiatan psikoanalisis, Sigmund Freud tidak lagi memakai teknik hipnosis. Demikian pula dalam menghadapi kasus-kasus histeria, ia mulai memakai teknik asosiasi bebas, yakni teknik yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis.

Sigmund Freud menemukan teknik asosiasi bebas setelah ia melihat bahwa beberapa dari kliennya tidak bisa dihipnosis atau tidak memberikan tanggapan terhadap sugesti atau pertanyaan yang diberikan. Hal ini kemudian mendorongnya untuk menemukan cara lain agar klien bisa dipengaruhi untuk mengemukakan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang diingatnya. Salah seorang klien Sigmund Freud yang bernama Elizabeth von R. mengemukakan kepada Sigmund Freud bahwa dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Sigmund Freud justru menghambat kelancaran untuk mengemukakan pikiran-pikirannya. Dalam teknik ini, Sigmund Freud juga melatih diri untuk lebih banyak membiarkan klien berbicara tanpa diarahkan. Itulah permulaan dari teknik psikoanalsis yang kemudian dipelajari dan dikembangkan oleh para ahli.

Prosedur awal

Teknik asosiasi bebas dilakukan setelah wawancara-wawancara pendahuluan oleh terapis. Setelah itu klien diberi sebuah kata dan diminta oleh terapis untuk menjawab dengan kata pertama yang muncul di dalam pikiran. Peranan terapis pada teknik ini bersifat pasif. Terapis duduk dan mendengarkan, kadang-kadang mendorong klien dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan bila klien kehabisan kata-kata. Ketika sedang asosiasi bebas, terapis tidak melakukan interupsi bila klien sedang berbicara. Dengan melaporkan segala sesuatu tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Untuk meminimalisasikan pengaruh gangguan dari luar, klien diminta untuk berbaring di atas dipan dalam ruangan yang tenang. Posisi terapis duduk berada di belakang klien agar tidak mengalihkan perhatian klien ketika berbicara, yakni pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir dengan jelas.

Interpretasi

Selama asosiasi bebas berlangsung, tugas terapis adalah mengenali tanda-tanda yang direpresikan dan dikurung dalam ketidaksadaran. Urutan asosiasi bebas yang dikemukakan oleh klien membantu terapis memahami hubungan-hubungan yang dibuat oleh klien di antara peristiwa-peristiwa yang dialaminya. Hambatan-hambatan yang dilakukan klien terhadap asosiasi-asosiasi merupakan tanda adanya kecemasan. Terapis menginterpretasikan tanda tersebut dan menyampaikannya kepada klien. Lalu terapis membantu membimbing klien ke arah pemahaman terhadap dinamika-dinamika yang mendasarinya dan yang tidak disadari oleh klien. Asosiasi-asosiasi yang dikemukakan oleh klien dicatat oleh terapis sedikit demi sedikit. Perasaan-perasaan yang meskipun tampak tidak berhubungan, tidak logis, dan urutan waktunya salah secara emosional tetap akan saling berhubungan. Dari wawancara pendahuluan yang sudah dilakukan terapis dan observasi terhadap klien melalui pengalaman terapi, terapis akan mengetahui makna dari asosiasi-asosiasi yang diungkapkan oleh klien.

Referensi

  1. ^ (Indonesia)Guze, Barry (1994). Melfiawati Setio, ed. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. hlm. 549. ISBN 979-448-348-6. 
  2. ^ a b (Indonesia)Hall, Calvin S. (1993). A.Supratiknya, ed. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 100. ISBN 979-497-001-8.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "asosiasi bebas" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  3. ^ a b (Indonesia)Reber, Arthur S. (2010). Yudi Santoso, ed. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hlm. 75. ISBN 978-602-8764-26-1.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "terapi asosiasi bebas" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m n Singgih D., Gunarsa (2007). Staf Redaksi BPK Gunung Mulia, ed. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 166. ISBN 978-979-415-923-1.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "sejarah asosiasi bebas" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Semiun, Yustinus (2007). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 189. ISBN 979-21-1127-1.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "metode asosiasi bebas" didefinisikan berulang dengan isi berbeda