Dalam geologi, ibun abadi (Inggris: permafrost) atau tanah beku abadi adalah lapisan tanah beku yang berada di bawah suhu 0 °C selama beberapa tahun. Ibun abadi terbentuk dari es-es yang menggenggam berbagai macam tanah, pasir, dan bebatuan.
Ibun abadi umumnya terletak di lintang tinggi, yaitu dekat kutub utara dan selatan. Ibun abadi biasa terbentuk dalam iklim dengan suhu udara rata-rata tahunan kurang dari titik beku air.
Ibun abadi tidak selalu terbentuk dalam satu lapisan utuh. Ada dua jenis distribusi ibun abadi, yaitu kontinu (sinambung) dan diskontinu (tidak sinambung).
Ibun abadi kontinu merupakan lapisan material beku yang membentang terus-menerus. Ibun abadi kontinu melebar di bawah permukaan, kecuali badan air besar di wilayahnya. Daerah Siberia di Rusia memiliki ibun abadi kontinu.
Ibun abadi diskontinu terbagi ke dalam beberapa wilayah terpisah. Beberapa ibun abadi yang ada di wilayah bayangan gunung atau vegetasi lebat tetap beku sepanjang tahun. Beberapa bagian lainnya yang terkena matahari akan meleleh pada musim panas selama beberapa pekan. Daratan dekat Teluk Hudson, Kanada, memiliki ibun abadi diskontinu.
Hanya tumbuh-tumbuhan yang berukuran pendek, mempunyai akar yang pendek, dan mempunyai daya tahan yang tinggi yang mampu hidup di kawasan tanah ini. Contoh tumbuh-tumbuhan tersebut adalah lumut, lumut kerak, dan sebagainya. Satwa liar yang hidup di kawasan ini terbatas karena iklim ekstrem. Contoh satwa-satwa tersebut adalah beruang kutub, rusa kutub (karibu), dan kuda Arktik.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa hingga 1021 mikrob berasal dari pencairan es per tahun. Seringkali, mikrob tersebut langsung lepas ke laut. Karena sifat migrasi banyak spesies ikan dan burung, kemungkinan mikrob ini memiliki tingkat transmisi yang tinggi.
Ibun abadi di timur Swiss dianalisis oleh para peneliti pada tahun 2016 di situs yang disebut Muot-da-Barba-Peider. Situs ini memiliki beragam mikrob dengan berbagai bakteri dan kelompok eukariota. Kelompok bakteri yang menonjol termasuk filum Acidobacteria, Actinobacteria, AD3, Bacteroidetes, Chloroflexi, Gemmatimonadetes, OD1, Nitrospirae, Planctomycetes, Proteobacteria, dan Verrucomicrobia. Jamur eukariotik yang menonjol adalah Alveolata, Ascomycota, Basidiomycota, Chlorophyta, dan Zygomycota. Pada spesies-spesies tersebut, para ilmuwan mengamati berbagai adaptasi untuk kondisi hidup di bawah suhu nol, termasuk proses metabolisme tereduksi dan anaerobik.
Wabah antraks tahun 2016 di Semenanjung Yamal, Rusia, diyakini disebabkan oleh pencairan lapisan es. Di daerah ibun abadi Siberia secara umum, terdapat dua spesies virus, Pithovirus sibericum dan Mollivirus sibericum, yang berusia sekitar 30.000 tahun dan dianggap virus raksasa karena ukurannya lebih besar daripada kebanyakan bakteri dan memiliki genom lebih besar daripada virus lain. Kedua virus tersebut masih bersifat infektif, terlihat dari kemampuannya menginfeksi Acanthamoeba, salah satu genus amuba.
Ketika Bumi menghangat, ibun abadi mulai mencair. Peristiwa ini menyebabkan es yang tersimpan di dalamnya meleleh serta menyisakan tanah dan makhluk hidup yang ada di dalamnya.
Desa-desa di daerah kutub dibangun di atas ibun abadi. Ketika ibun abadi mencair, permukaannya menjadi tidak sekeras sebelumnya sehingga dapat merusak rumah-rumah yang dibangun di atasnya. Karena massa jenis es dan air berbeda, beberapa bagian menyusut ketika mencair sehingga jalanan dan prasarana lainnya bergelombang.
Jika pencairan ini terjadi di hutan atau vegetasi lebat, keadaan tanah yang bergelombang akan mengakibatkan pepohonan miring secara acak. Hal ini biasa disebut hutan mabuk. Peristiwa ini juga dapat memperkirakan waktu mulai pencairan ibun abadi dengan melihat umur pepohonan. Hutan bisa rusak karena hal ini.
Both freshwater ice (e.g., glaciers and ice sheets) and sea ice may entrap and preserve enormous numbers of viruses. We estimate that 1017–1021 viable microbes (including fungi, bacteria, and viruses) are released from melting ice annually.
The most abundant bacterial groups across all samples included candidate phylum AD3 (20%), Proteobacteria (18%), Verrucomicrobia (13%), Acidobacteria (12%), OD1 (9%), Chloroflexi (7%), Planctomycetes (5%), Actinobacteria (4%), Gemmatimonadetes (4%), Bacteroidetes (2%) and Nitrospirae (1%); all other groups had a relative abundance below 1% (Table 3; Fig. 1c). Only few archaeal sequences (0.5%) were detected in this dataset. The most abundant eukaryotic groups included the fungal phyla Ascomycota (46%), the former Zygomycota (22%) and Basidiomycota (7%), as well as Alveolata (6%) and Chlorophyta (3%).
The saga of giant viruses (i.e. visible by light microscopy) started in 2003 with the discovery of Mimivirus. Two additional types of giant viruses infecting Acanthamoeba have been discovered since: the Pandoraviruses (2013) and Pithovirus sibericum (2014), the latter one revived from 30,000-y-old Siberian permafrost. We now describe Mollivirus sibericum, a fourth type of giant virus isolated from the same permafrost sample. These four types of giant virus exhibit different virion structures, sizes (0.6–1.5 µm), genome length (0.6–2.8 Mb), and replication cycles. Their origin and mode of evolution are the subject of conflicting hypotheses. The fact that two different viruses could be easily revived from prehistoric permafrost should be of concern in a context of global warming.
Di situs-situs yang umumnya diliputi oleh ibun abadi yang kaya akan es, ekosistem hutan dapat benar-benar hancur ... Ujung pohon di tepi termokarst dapat digunakan untuk mengetahui umur waktu pencairan ibun abadi yang mendasari ....