Magyarisasi

Proporsi orang Hungaria (Magyar) di Kerajaan Hungaria dan Kroasia menurut sensus tahun 1890.

Magyarisasi adalah suatu proses asimilasi atau akulturasi yang membuat orang-orang non-Hungaria mengadopsi budaya dan bahasa Hungaria, baik secara sukarela maupun lewat tekanan sosial (biasanya dalam bentuk kebijakan yang memaksa).

Pada masa kebangkitan nasional, kaum intelektual Hungaria mengadopsi konsep "kebangsaan" dari negara-negara Eropa Barat, yang mencakup gagasan asimilasi minoritas secara bahasa maupun budaya. Hukum Kewarganegaraan Hungaria (1868) menyatakan bahwa semua warga Kerajaan Hungaria (saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Austria-Hungaria) adalah "suatu bangsa, bangsa Hungaria yang satu dan tidak dapat dipisah" tanpa memandang kebangsaan. Namun, penggunaan bahasa minoritas hampir sepenuhnya dihapuskan dari pemerintahan dan kehakiman. Hampir seluruh institusi pendidikan juga menggunakan bahasa Hungaria sebagai bahasa pengantar.

Pada akhir abad ke-19, banyak anggota kelas menengah Yahudi, Jerman, Slowakia dan Rutenia yang telah dimagyarisasi. Persentase penduduk yang menuturkan bahasa Hungaria sebagai bahasa ibu bertambah dari 46,6% pada tahun 1880 menjadi 54,5% pada tahun 1910. Namun, proses magyarisasi hampir tidak menyentuh penduduk desa dan batas-batas linguistik di Hungaria tidak banyak berubah dibandingkan dengan satu abad sebelumnya. Proses magyarisasi berlanjut setelah kekalahan Austria-Hungaria dalam Perang Dunia I dan disepakatinya Traktat Trianon. Hak politik dan budaya untuk minoritas etnis di Hungaria lebih terbatas daripada negara-negara lainnya di Eropa Timur dan Tengah.

Catatan kaki

  1. ^ page60
  2. ^ Stefan Berger and Alexei Miller (2015). Nationalizing Empires. Central European University Press. hlm. 409. ISBN 9789633860168. 
  3. ^ a b c d e "Hungary – Social and economic developments". Encyclopædia Britannica. 2008. Diakses tanggal 2008-05-20. 
  4. ^ Joseph Rothschild (1974). East Central Europe between the two World Wars. University of Washington Press. hlm. 193. 

Pranala luar