Nestorius

Nestorius adalah uskup Konstantinopel yang termasuk mazhab para teolog Antiokhia. Pemikirannya yang kontroversial mengenai Theotokos dan Kristus membuat dirinya memiliki banyak penentang. Hal inilah yang mengakibatkan dirinya kemudian dipecat dan diekskomunikasi.

Biografi

Nestorius adalah seorang pengkhotbah popular yang menjadi uskup Konstantinopel pada tahun 428. Ia termasuk mazhab para teolog Antiokhia dalam pandangannya mengenai pribadi Yesus Kristus. Pemikiran-pemikiran Nestorius sangat dipengaruhi oleh Theodore dari Mopsuestia. Ia dipecat menjadi seorang uskup pada tahun 431 dan meninggal sesudah tahun 451.

Pada tahun 1910, karya Nestorius yang berjudul ”Liber Heraclidis (Pasar Heracleides)” ditemukan kembali setelah sekian lama menghilang. Di dalam karyanya, Nestorius tetap berpegang pada ortodoksi serta menegaskan keesaan Yesus Kristus. Namun, Nestorius tidak berhasil mencapai maksud yang sebenarnya ingin diungkapkannya.

Pemikiran

Theotokos

Theotokos merupakan sebuah “shibboleth “ atau sebuah semboyan. Theotokos berarti “melahirkan Allah” atau “Bunda Allah”. Hal ini menjadi sebuah dasar yang menyatakan bahwa Maria bukanlah ibu dari Logos, tetapi hanya ibu dari tabiat manusiawinya.

Setelah menjabat sebagai uskup Konstantinopel, ia diminta memberikan tanggapan mengenai Theotokos. Jika ia mengiakan, maka hal itu berarti kesatuan keilahian dan kemanusiaan Yesus disahkan. Namun, jika ia menolak semboyan tersebut, maka hal ini akan mengarah pada berbagai pertanyaan yang mengaitkan Apollinarianisme dengan orang-orang yang memakai ungkapan” Yang melahirkan Allah”. Nestorius pun menganggap bahwa gelar yang diberikan kepada Maria tersebut akan menjadi sebuah bahan tertawaan di antara orang-orang kafir.

Nestorius menerima pemakaian Theotokos apabila ditambahkan dengan ungkapan Anthropotokos(yang melahirkan manusia). Selain itu, ia pun berpendapat bahwa lebih baik menganggap Maria sebagai Christotokosyang melahirkan Kristus”. Nestorius menetapkan Maria tidaklah melahirkan Logos ilahi, tetapi manusia Yesus yang dipersatukan dengan yang ilahi.

Kristus

Latar belakang Nestorius menolak gelar ”Bunda Allah” bagi Maria disebabkan adanya hubungan ajarannya mengenai tabiat Kristus yang menyatakan: “ Apabila Kristus sunguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, maka itu adalah suatu keduaan, bukanlah suatu keesaan. Nestorius mengikuti pemikiran Theodore mengenai Allah yang berdiam di dalam Kristus, seperti tinggal dalam sebuah rumah ibadah dan keberdiaman ini merupakan akibat dari kehendak ilahi yang baik: ”Kesatuan Allah firman dengan mereka (tubuh dan jiwa manusia) bukanlah kesatuan hipostasis atau tabiat, melainkan kesatuan kehendak”. Nestorius juga menegaskan tiga “pribadi” atau prosopa di dalam Kristus: satu prosopon Logos, satu prosopon tabiat atau hakikat manusiawi, dan satu prosopon kesatuan ”. Ia berpendapat bahwa jika Yesus sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, maka harus ada satu prosopon dari kesatuan itu ”. Akan tetapi, prosopon ketiga menimbulkan pertentangan di semua pihak penentangnya ”.

Menanggapi kondisi tersebut, ia menggunakan kata ”kebersamaan” untuk menjelaskan kesatuan antara Allah dan manusia yang ada di dalam pikirannya”. Nestorius mengajarkan pengandaian Yesus yang menjadi sebuah rumah kudus bagi Firman (Logos) Allah. Dengan demikian, Logos yang kekal dan oknum Yesus yang bebas serta dapat diubah tetap tinggal menjadi dua hal yang berbeda. Beberapa perbuatan Kristus yang dilakukan oleh Logos, misalnya mukjizat-mukjizat dan hal yang menyangkut manusia Yesus, misalnya sengsara dan kematian-Nya mengungkapkan Firman yang mendiami Yesus dengan lebih sempurna ” . Antara Yesus dan Logos tidak ditemukan keesaan hakikat, melainkan keesaan kehendak yang teguh, sebab kedua-duanya berkasih-kasihan.

Perdebatan dengan Cyrillus

Khotbah Nestorius di Konstantinopel yang menyangkal perawan Maria adalah Theotokos ”melahirkan Allah” membuat geram Cyrillus, uskup Aleksandria. Cyrillus membuat surat kepada Nestorius untuk menerima ajaran theotokos. Namun, Nestorius bersikeras menolak permintaan Cyrillus. Kondisi ini membuat Cyrillus menulis surat yang berisi tuntutan pada Nestorius untuk tunduk padanya dalam jangka waktu 10 hari. Ia pula meminta Nestorius menandatangani 12 anathema, yaitu mengutuk 12 pernyataan yang berisi apa yang oleh Cyrillus dianggap sebagai paham sesat. Namun, Nestorius menolak permintaan tersebut.

Perbedaan pandangan keduanya dapat disimpulkan sebagai berikut: Nestorius berbicara tentang Yesus dan Allah Firman, sedangkan Cyrillus percaya bahwa Yesus adalah Firman. Menurut Nestorius, Yesus adalah manusia yang dipersatukan dengan Firman menggunakan cara yang sempurna. Namun, Cyrillus menegaskan bahwa Ia adalah Fiman yang menjelma. Selain itu, pemikiran Nestorius bersumber pada teologi Origenes sedangkan Cyrillus seorang pengikut Ireneus dan Athanasius.

Perdebatan ini kemudian dilanjutkan dalam Konsili Efesus tahun 431. Di dalam Konsili ini, dalam Rumusan Penyatuan kembali dengan tegas menyatakan doktrin dua tabiat. Akan tetapi, konsili ini tidak mendukung gagasan Nestorius mengenai”kebersamaan” dan tidak juga mendukung pengertian yang dimintai lawan utama Nestorius, Cyrillus dari Aleksandria(412-444). Menanggapi hasil tersebut, Cyrillus dan pengikutnya kemudian membuka suatu sidang muktamar dan mengutuk Nestorius. Di lain pihak, suatu kontra-sinode diadakan oleh Nestorius untuk menyerang sinode yang diselenggarakan oleh Cyrillus. Akan tetapi, Cyrillus yang menggunakan berbagai cara, ia berhasil mendapatkan pengakuan atas sinodenya sebagai Konsili Oikumenis III.

Konsili Chalcedon(451) menjadi mediasi di antara Nestorius dan Cyrillus Ajaran yang dianggap salah dari kedua belah pihak ditolak dan menyatakan kedua tabiat Kristus adalah:”tak terbagi, tak terpisah”(melawan Nestorius), akan tetapi “tak bercampur, tak berubah”(melawan kaum Cyrillus)

Dampak Kosili Chalcedon terhadap Kaum Nestorian

Keputusan Konsili Chalcedon tidak memberikan kepuasan bagi para pengiku Nestorius dan Cyrillus. Hal ini mengakibatkan mereka membentuk gereja baru. Kaum Nestorian pindah ke daerah Persia.Gereja Nestorian berkembang dengan baik hingga abad ke-13. Saat ini, anggota yang tersisa hanya ± 50.000orang yang sebagian besar tinggal di Irak Utara.

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m Tony Lane. Runtut Pijar: Sejarah Pemikiran Kristiani. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Linwood. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
  3. ^ a b c d e H. Berkhof. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
  4. ^ a b c d e f g h i j k l m Bernhard Lohse. Pengantar Sejarah: Dogma Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.
  5. ^ a b c d e f g h VAN Den End. Harta dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.