Tahun liturgi

Tahun Liturgi
Gereja Ritus Barat
Gereja Ritus Timur

Tahun Liturgi, Tahun Gereja, atau Penanggalan Liturgi, adalah siklus masa liturgi di Gereja yang menentukan kapan hari-hari raya dan hari-hari peringatan, termasuk hari-hari peringatan orang kudus, harus dirayakan serta nas-nas mana saja dari Kitab Suci yang harus dibacakan pada hari-hari besar tersebut.

Untuk masa yang berbeda dalam satu tahun liturgi, digunakan warna-warna liturgis yang berbeda pula. Hari-hari raya Gereja Timur (Gereja Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental, Gereja-Gereja Katolik Timur) jatuh pada tanggal yang berbeda dengan Gereja Barat (Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran, dan Gereja-Gereja Protestan), meskipun inti perayaannya sama.

Untuk gereja-gereja di Indonesia yang kebanyakan digolongkan sebagai Gereja Barat, kalender ini pun tidak semuanya dirayakan oleh seluruh denominasi Kristen. Gereja Katolik Indonesia merayakan semua hari raya kalender ini, sedangkan gereja-gereja lainnya ada beberapa yang tidak dirayakan, ada juga denominasi Kristen yang tidak merayakan hari-hari raya ini satupun, contohnya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Gereja Yesus Sejati, dan Saksi-Saksi Yehuwa. Gereja Protestan Indonesia misalnya, kebanyakan hanya merayakan 5 hari raya utama, yaitu:

meskipun ada beberapa yang merayakan Adven, Rabu Abu, dan beberapa lainnya. Gereja di luar Indonesia lebih beragam lagi, sehingga tidak dapat ditarik suatu patokan selain daripada hari raya-hari raya yang umum ini.

Hari-hari raya tidak tetap

Baik di Gereja Timur maupun Barat, banyak hari raya jatuh pada tanggal yang berbeda-beda dari tahun ke tahun, meskipun dalam hampir semua kasus perbedaan tanggal ini terjadi karena perbedaan tanggal perayaan Paskah.

Banyaknya hari raya juga berbeda dalam tiap Gereja; umumnya jumlah hari raya Gereja-Gereja Protestan lebih sedikit daripada jumlah hari raya Gereja Katolik dan Ortodoks, serta banyak yang tidak merayakan hari-hari raya Perawan Maria dan hari-hari peringatan para kudus.

Siklus liturgi

Siklus liturgi membagi satu tahun menjadi serangkaian masa, tiap masa memiliki nuansa, penekanan teologis, dan bentuk doa tersendiri, yang tampak pada perbedaan cara-cara mendekorasi gedung gereja, vestimentum, bagian-bagian Kitab Suci yang dibacakan, tema khotbah, dan bahkan tradisi-tradisi dan praktik-praktik yang berbeda-beda diperingati secara pribadi atau di rumah.

Dalam Gereja-Gereja yang mengikuti tahun liturgi, bagian kitab suci yang dibacakan tiap hari Minggu (bahkan tiap hari dalam beberapa tradisi) telah diatur dalam sebuah daftar yang dalam Gereja Katolik Roma disebut Ordo Lectionum Missae (Daftar Bacaan Misa).

Di kalangan umat Kristiani Barat non-Katolik, Gereja Anglikan dan Lutheran secara tradisional mengikuti daftar bacaan tersebut sejak era Reformasi Protestan. Dengan adanya reformasi liturgis dalam Gereja Katolik setelah Konsili Vatikan II pada era 1960-an, makin banyak Gereja Protestan (Gereja Methodis, Gereja-Gereja Reformasi, Gereja-Gereja Persatuan, dll) yang mengadopsi sistem daftar bacaan.

Penggunaan daftar bacaan tersebut makin menumbuhkan kesadaran akan tahun liturgi di kalangan umat Protestan pada dasawarsa-dasawarsa abad ke-20, khususnya dalam denominasi-denominasi utama.

Kalender Alkitab

Kalender Alkitab didasarkan atas siklus bulan baru. Satu tahun terhitung mulai terbitnya bulan baru pertama pada saat atau sesudah equinox (saat matahari terlihat berada tepat di atas garis katulistiwa, terjadi antara tanggal 20 Maret dan 22 September tiap tahun menurut kalender Masehi) sampai terbitnya bulan baru pada saat atau sesudah equinox berikutnya. Ini berarti titik awal kalender Alkitab tidak tetap seperti kalender modern.

Formula dasar kalender ini awalnya terdapat dalam Alkitab: "Berfirmanlah Allah: "Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun," (Kejadian 1:14). "Berfirmanlah TUHAN kepada Musa dan Harun di tanah Mesir: "Bulan inilah akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun," (Keluaran 12:1-2). "Hari ini kamu keluar, dalam bulan Abib," (Keluaran 13:4).

Satu bulan dimulai dari satu terbitnya bulan baru sampai terbitnya bulan baru berikutnya. "Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN" (Yesaya 66:23). "Dalam bulan pertama, yakni bulan Nisan, dalam tahun yang kedua belas zaman raja Ahasyweros, orang membuang pur--yakni undi--di depan Haman, hari demi hari dan bulan demi bulan sampai jatuh pada bulan yang kedua belas, yakni bulan Adar." (Ester 3:7).

Bulan-bulan dalam kalender Alkitab adalah sebagai berikut:

No Penanggalan Yahudi Lama Hari Periode
1 Nisan/Nissan 30 Maret-April
2 Iyar 29 April-Mei
3 Siwan 30 Mei-Juni
4 Tammuz/Tammus 29 Juni-Juli
5 Ab 30 Juli-Agustus
6 Elel 29 Agustus-September
7 Tisyri 30 September-Oktober
8 Markhesywan 29/30 Oktober-November
9 Kislew 30/29 November-Desember
10 Tebet 29 Desember-Januari
11 Shvat 30 Januari-Februari
12 Adar 29/(30) Februari-Maret
Total 354/(355)

Keterangan

  • Tanda miring dan kurung merupakan tahun kabisat dalam kalender Yahudi yang berjumlah 7 buah yaitu 3,6,8,11,14,17 dan 19.

Kalender liturgi Barat

Bulan Oktober dalam penanggalan liturgi Biara Abbotsbury. Manuskrip abad ke-13 tersimpan di (British Library, Cotton MS Cleopatra B IX, folio 59r)

Kalender liturgi Kristiani Barat didasarkan atas siklus romawi atau Ritus Latin dari Gereja Katolik, termasuk kalender Lutheran, Anglikan, dan Protestan karena siklus tersebut sudah ada sebelum Reformasi Protestan.

Umumnya, masa-masa liturgi dalam Kekristenan Barat terdiri atas Adven, Natal, Masa Biasa (masa sesudah Epifani), Puasa atau Prapaskah, Paskah, dan Masa biasa (masa sesudah Pentakosta atau sesudah Hari Minggu Tritunggal Maha Kudus).

Adven

Dari kata Latin adventus, "kedatangan", masa pertama dalam tahun liturgi ini dimulai pada hari minggu ke-4 sebelum Natal dan berakhir pada malam Natal.

Sesungguhnya masa adven adalah masa untuk berpuasa, sebagai persiapan diri menjelang kedatangan Kristus. Meskipun sering dimaknai sebagai penantian akan kedatangan Kristus sebagai seorang bayi pada malam Natal, namun bacaan-bacaan Alkitab pada masa ini memuat tema eskatologi—penantian akan kedatangan Kristus pada akhir zaman, ketika "Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya" (Yesaya 11:6) dan ketika Allah telah "menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah" (Magnificat, Lukas 1:52)--khususnya pada paruh pertama masa tersebut.

Periode penantian ini kerap ditandai dengan Krans Adven, rangkaian dedaunan hijau berbentuk lingkaran dengan empat batang lilin. Meskipun maksud utama dari krans adven adalah sebagai penanda berjalannya waktu, banyak gereja memaknai tiap lilin dengan tema-tema khusus, seperti 'harapan', 'iman', 'suka-cita', dan 'kasih'.

Warna: Ungu, atau biru dalam beberapa tradisi. Pada hari Minggu ke-3 dalam masa Adven, yang juga disebut sebagai Hari Minggu Gaudete, di beberapa tempat digunakan warna merah muda.

Meskipun ritus Katolik Romawi menghapus "Gloria in Excelsis" dalam misa-misa selama masa adven (tidak seperti Misa untuk hari-hari raya), "Alleluia" tetap ada (ritus Katolik tradisional hanya ada Gradual tanpa "Alleluia", kecuali pada hari Minggu).

Natal

Masa Natal dimulai pada Malam Natal (24 Desember) dan berakhir pada perayaan Epifani (6 Januari). Hari Natal sendiri jatuh pada tanggal 25 Desember.

Masa Natal dalam kalender Katolik Romawi berlanjut hingga Perayaan Pembaptisan Kristus, yang dalam kalender pra-Vatikan II ditetapkan pada tanggal 13 Januari.

Warna: Putih atau emas.

4 peristiwa utama Natal:

Kelahiran Yesus-25 Desember, Perayaan nama suci Yesus dan penghormatan kepada Maria-1 Januari, Perayaan Keluarga Kudus-Hari minggu ke-2 sesudah Natal, Perayaan Epifani-Hari Minggu ke-3 dalam masa Natal

Masa biasa ("Masa Sesudah Epifani" dan "Septuagesima")

Dalam Gereja Katolik Roma dan beberapa tradisi Protestan, Masa Biasa adalah minggu-minggu biasa yang tidak termasuk dalam suatu masa tertentu. Dalam masa ini terdapat 33 atau 34 Hari Minggu. Dalam Ritus Romawi modern, bagian pertama Masa Biasa dimulai dari hari sesudah Perayaan Pembaptisan Kristus sampai hari Selasa sebelum Hari Rabu Abu (permulaan Masa Prapaskah). Masa Biasa pertama ini memiliki 3 sampai 8 hari Minggu, tergantung tanggal Perayaan Paskah.

Istilah "Masa Biasa" menggantikan istilah "Masa Sesudah Epifani" dan "Septuagesima" (masa menjelang Prapaskah), yang masih digunakan oleh umat Katolik tradisional dan umat Katolik lain yang masih berpegang pada Misa kuno pra-Vatikan II yang dikenal sebagai Ritus Tridentina. Beberapa ritus Protestan juga menggunakan terminologi lama tersebut.

Dalam ritus Romawi yang lebih tua, masa sesudah Epifani dapat saja memiliki 1 sampai 6 hari Minggu, dengan masa Septuagesima yang lamanya 17-hari dimulai pada hari Minggu ke-9 sebelum Paskah dan berakhir pada hari Selasa sebelum hari Rabu Abu. Semua hari Minggu yang hilang sesudah Epifani dipindahkan ke masa sesudah Pentakosta dan dirayakan antara Hari minggu ke-23 dan Hari Minggu yang terakhir. Namun jika jumlah hari minggu dalam tahun tersebut tidak menutupi hari-hari Minggu pengganti tersebut, maka Hari Minggu jatuhnya bertepatan dengan Hari Minggu Septuagesima dirayakan pada hari sebelumnya (hari Sabtu); Dalam kasus tanggal Paskah jatuhnya sangat terlambat sehingga hanya ada 23 hari Minggu sesudah Pentakosta, Misa untuk hari Minggu ke-23 dirayakan pada hari sebelum hari Minggu terakhir sesudah Pentakosta.

Reformasi tahun 1962 mengubah praktik tersebut dengan menghilangkan saja hari-hari Minggu pengganti tersebut. Selama masa Septuagesima, diadopsi beberapa kebiasaan masa Prapaskah, termasuk penghapusan "Alleluia", dan "Gloria" pada hari-hari Minggu, vestimentumnya pun berwarna ungu.

Warna: Hijau.

Masa Prapaskah dan Masa Sengsara

Prapaskah adalah masa puasa utama dalam Gereja sebagai persiapan sebelum Paskah. Dimulai sejak hari Rabu Abu hingga berakhir pada hari Minggu Palma, di awal Pekan Suci. Masa puasa ini berlangsung selama 40 hari, terhitung mulai hari Rabu Abu sampai hari Minggu Palma. Selama empat puluh hari tersebut, madah Kemuliaan kepada Allah dan Alleluia tidak digunakan dalam Misa. "Kemuliaan dan Pujian" umumnya digunakan sebagai ganti Alleluia sedangkan Kemuliaan kepada Allah dihilangkan.

Sebelum reformasi 1970, dua pekan terakhir dari masa Prapaskah dalam Gereja Romawi dikenal sebagai Masa Sengsara. Selama masa ini Gloria Patri (Kemuliaan Kepada Bapa...) dihilangkan kecuali sesudah pendarasan Mazmur dalam ibadat harian, bacaan-bacaan mulai lebih berfokus pada Sengsara Kristus, dan, yang paling tampak adalah diselubunginya salib dan arca-arca dengan kain ungu. Hari Jumat sebelum Jumat Agung adalah hari peringatan Ke-7 Duka Bunda Maria. Jika hari peringatan St. Yusuf atau Anunsiasi jatuh dalam Pekan Suci, maka hari-hari tersebut dipindahkan ke pekan sesudah Paskah.

Warna: Ungu. Dalam beberapa tradisi, warna merah muda digunakan pada hari Minggu ke-4 dalam Masa Prapaskah, yang disebut Hari Minggu Laetare.

Trihari Suci terdiri atas:

  • Kamis Putih
    • Peringatan Perjamuan Terakhir Kristus bersama murid-muridNya dalam ibadah atau Misa malam hari
    • Beberapa Gereja juga melaksanakan upacara pembasuhan kaki
    • Sudah menjadi kebiasaan pada malam tersebut untuk melaksanakan ibadat Berjaga-jaga atau yang lazim dalam Gereja Katolik Indonesia disebut Tuguran, dimulai seusai Misa malam hari dan berlanjut hingga tengah malam (kadang-kadang dilanjutkan hingga terbit fajar hari Jumat Agung, dan dilanjutkan dengan liturgi pagi hari)
    • Warna: Putih
  • Jumat Agung
    • Peringatan Kesengsaraan Yesus Kristus
    • Dalam Gereja Katolik Roma, pada hari ini perayaan Misa digantikan dengan ibadat doa
    • Warna: Bervariasi: Tanpa warna, Merah, atau Hitam digunakan dalam tradisi-tradisi yang berlainan (kain-kain yang berwarna disingkirkan pada hari ini, warna liturgi hanya terlihat pada vestimentum)
    • Dalam Gereja Katolik Ritur Romawi dan Gereja Anglikan Tinggi, sebuah salib secara seremonial disingkapkan selubungnya (dan sebelum Vatikan II, salib-salib yang lain juga ditanggalkan selubungnya, tanpa upacara, sesudah ibadat Jumat Agung)
  • Sabtu Suci
    • Memperingati hari di mana jenazah Kristus terbaring dalam Makam
    • Dalam Gereja Katolik Ritus Romawi, Misa tidak dipersembahkan pada hari ini
    • Warna: Tidak ada
  • Malam Paskah
    • Dilaksanakan sesudah matahari terbenam pada hari Sabtu Suci, atau sebelum fajar menyingsing pada hari Paskah, sebagai permulaan perayaan Kebangkitan Kristus.
      lihat pula Lilin Paskah
    • Warna: Putih, sering digunakan bersama warna emas.
    • Dalam Ritus Romawi pra-Vatikan II, selama madah "Gloria in Excelsis" dilantunkan dalam Misa tersebut, organ dan lonceng-lonceng dibunyikan setelah tidak dipergunakan selama 2 hari, serta arca-arca, yang diselubungi selama masa Sengsara, ditanggalkan selubungnya.

Paskah

Paskah adalah perayaan kebangkitan Yesus. Paskah jatuh pada tanggal yang berbeda tiap tahun, menurut sistem penanggalan berdasarkan kalender-bulan (untuk rinciannya lihat computus). Masa Paskah dimulai sejak Malam Paskah sampai Hari Minggu Pentakosta dalam kalender Katolik dan Protestan. Dalam kalender yang digunakan oleh umat Katolik tradisional, Masa Paskah berakhir pada hari ke-8 sesudah Pentakosta.

Dalam tradisi Katolik Romawi, selama 8 hari sesudah Hari Minggu Paskah, semua perayaan lain dilarang. Jika Paskah jatuh pada tanggal 25 April, litani panjang yang biasanya didoakan pada hari itu ditunda sampai hari Selasa berikutnya. Selama 50 hari Masa Paskah, Gloria dan Te Deum diucapkan tiap hari, bahkan hari-hari feria.

Hari Kamis Kenaikan, hari peringatan kembalinya Yesus ke surga setelah kebangkitan-Nya, adalah hari ke-40 setelah Paskah. Di beberapa temapt, perayaan ini dialihkan ke hari Minggu sesudahnya. Pentakosta adalah hari ke-50, dan hari peringatan diturunkannya Roh Kudus ke atas para rasul. Pentakosta secara umum dianggap sebagai hari jadi Gereja.

Warna: Putih atau Emas, kecuali pada hari Pentakosta. Pada hari Pentakosta warna merahlah yang digunakan.

Masa Biasa ("Masa sesudah Pentakosta" dan "Masa Kerajaan")

Masa Biasa yang jatuh sesudah Masa Paskah, mulai Hari Minggu Pentakosta sampai Hari Sabtu sebelum Hari Minggu Pertama Masa Adven. Sebelum kalender liturgi Romawi direformasi pada Konsili Vatikan II, hari-hari Minggu pada masa ini disebut "Hari-hari Minggu sesudah Pentakosra" oleh umat Katolik Romawi; umat Ortodoks Timur dan beberapa umat Protestan masih menggunakan istilah ini. Hari Minggu pertama sesudah Pentakosta adalah Hari Minggu Tritunggal dalam dalam banyak tradisi hari Minggu terakhir dalam Masa Biasa adalah hari raya Kristus Raja.

Variasi-variasi selama masa ini mencakup:

  • Dalam kalender Katolik tradisional, Hari Kristus Raja jatuh pada hari Minggu terakhir pada Bulan Oktober bukannya Hari Minggu terakhir sebelum Adven.
  • Dalam tradisi Katolik dan beberapa kalangan Anglikan, perayaan Corpus Christi dilaksanakan pada hari ke-11 setelah Pentakosta, namun kadang kala dialihkan ke hari Minggu sesudahnya.
  • Dalam tradisi Katolik, hari Jumat dalam minggu ke-3 sesudah Pentakosta adalah hari raya Hati Kudus Yesus.
  • Sebagian besar tradisi barat merayakan Hari Semua Orang Kudus pada tanggal 1 November atau pada hari Minggu sesudahnya. Warna liturgisnya adalah putih.
  • Beberapa tradisi meryakan Hari St. Mikhael (Michaelmas) pada tanggal 29 September.
  • Beberapa tradisi merayakan Hari St. Martinus (Martinmas) pada tanggal 11 November.
  • Dalam beberapa tradisi Protestan, khususnya yang erat terkait dengan tradisi Lutheran, Hari Minggu Reformasi dirayakan pada hari Minggu sebelum tanggal 31 Oktober, memperingati peristiwa dipakukannya 95 Tesis pada pintu Gereja Kastil di Wittenberg oleh Martin Luther. Warna liturgisnya adalah Merah, perlambang Roh Kudus yang terus-menerus bekerja membaharui Gereja.
  • Banyak tradisi menjadikan beberapa minggu dalam Masa Biasa sebagai masa untuk memusatkan perhatian pada kedatangan Kerajaan Allah (sehingga tahun liturgi menjadi satu siklus penuh dengan mendalami salah satu tema Adven sebelum memasuki masa Adven). Dalam Ritus Romawi, tiga hari Minggu terakhir Masa Biasa diisi tema eskatologi, meskipun hari-hari Minggu tersebut tetap dimaknai sebagai hari-hari Minggu Masa Biasa. Akan tetapi beberapa tradisi mengubah maknanya dan kadang-kadang warna liturginya pula. Misalnya, Gereja Inggris menggunakan istilah "Hari-hari Minggu sebelum Adven" untuk menyebut ke-4 hari Minggu terakhir dalam Masa Biasa dan mengizinkan penggunaan vestimentum berwarna merah sebagai alternatif. Istilah "Masa Kerajaan" digunakan beberapa denominasi, di antaranya oleh Gereja Metodis Persatuan di AS dan Gereja Kristen - Sinode Santo Timotius. Dalam Gereja Lutheran - Sinode Missouri, periode ini dikenal sebagai "Periode Akhir Zaman," dan vestimentum merah dikenakan pada hari Minggu pertama dan kedua.

Warna: Hijau

Maria Diangkat Ke Surga (Katolik Ritus Romawi)

Pada tanggal 15 Agustus, yakni tanggal yang sama dengan hari raya Tertidurnya Theotokos di Gereja Timur, umat Kristiani Barat merayakan peristiwa terangkatnya Maria secara badaniah ke surga. Hari raya ini boleh jadi adalah hari raya tertua dalam Gereja Kristen, yang dirayakan baik dalam Gereja Timur maupun Barat. Ajaran mengenai hari raya ini secara dogmatis ditetapkan pada tanggal 1 November 1950 oleh Paus Pius XII dalam Bula Kepausan Munificentissimus Deus.

Dalam tradisi Anglikan dan Lutheran, serta beberapa tradisi lain, tanggal 15 Agustus dirayakan sebagai hari peringatan St. Maria, Bunda Tuhan. Warna yang digunakan adalah putih.

Gereja Anglikan

Gereja Inggris menggunakan penanggalan liturgi yang sangat mirip dengan Kalender Liturgi Gereja Romawi. Meskipun tidak sama dengan kalender yang ada dalam Buku Doa Bersama dan Buku Ibadah Alternatif (1980), namun Tahun Liturgi yang mirip Tahun Liturgi Gereja Romawi digunakan sejak Gereja Anglikan mengadopsi pola-pola ibadah dan liturgi baru yang ada dalam Ibadah Bersama, pada tahun 2000. Pembagian tahun menjadi masa Natal dan masa Paskah yang disela oleh masa Biasa, identik dengan kalender Romawi. Mayoritas hari-hari raya juga diperingati, dengan beberapa pengecualian, terutama hari raya Maria Diangkat Ke Surga, yang tidak diakui oleh pengajaran Alkitabiah Gereja Inggris, dan oleh karena itu ditolak.

Gereja Ortodoks Timur

Tahun liturgi dalam Gereja Ortodoks Timur dicirikan dengan adanya puasa-puasa serta hari-hari raya orang-orang kudus yang silih berganti, dan sangat mirip dengan tahun liturgi Katolik Romawi yang telah dipaparkan di atas. Sekalipun demikian, Tahun Baru Gereja secara tradisional dimulai pada tanggal 1 September, bukannya Hari Minggu Pertama Masa Adven. Tahun liturgi Ortodoks ini mencakup Siklus Tetap dan Siklus Paskah (atau Siklus Tidak Tetap). Hari raya terpenting adalah Paskah—Hari Raya dari segala Hari Raya. Berikutnya adalah ke-12 Hari Raya Utama untuk memperingati berbagai peristiwa penting dalam kehidupan Yesus Kristus dan Theotokos.

Mayoritas umat Kristiani Ortodoks menggunakan kalender Julian untuk menentukan tanggal hari-hari raya gerejawi. Meskipun banyak yang telah mengadopsi kalender Julian yang telah direvisi, namun mereka tetap menggunakan kalender Julian untuk menentukan tanggal hari-hari raya dalam siklus Paskah. Mereka juga menggunakan Kalender Gregorian yang modern untuk menentukan tanggal hari-hari raya yang ditetapkan menurut tanggal kalender tersebut. Dari tahun 1900 sampai tahun 2100, terdapat selisih tiga belas hari antara kalender Gregorian dan kalender Julian. Di beberapa negara Ortodoks, hari-hari raya sipil tertentu ditentukan berdasarkan kalender Julian. Dengan demikian, sebagai contoh, Natal dirayakan pada tanggal 7 Januari di negara-negara tersebut. Komputasi hari Paskah tetap menggunakan kalender Julian, bahkan oleh Gereja-gereja yang menggunakan kalender Julian yang telah direvisi.

Ada empat masa puasa dalam setahun: puasa terpenting adalah Puasa Besar yang merupakan masa yang intens untuk berpuasa, beramal dan berdoa, selama empat puluh hari sebelum hari Minggu Palma dan Pekan Suci sebagai persiapan perayaan Paskah. Puasa Natal (Puasa Musim Dingin) adalah masa persiapan perayaan Kelahiran Kristus (Natal), namun jika di Barat masa Advent lamanya hanya empat minggu, maka Puasa Natal Gereja Timur berlangsung selama empat puluh hari penuh. Puasa Para Rasul lamanya bervariasi, mulai dari delapan hari sampai enam minggu, sebagai persiapan Hari Raya Santo Petrus dan Paulus (29 Juni). Puasa Tertidurnya Theotokos lamanya dua minggu, mulai tanggal 1 sampai 14 Agustus sebagai persiapan hari raya Tertidurnya Theotokos (15 Agustus). Tahun Liturgi diatur sedemikian rupa agar selama berlangsungnya masing-masing masa puasa tersebut, dirayakan salah satu dari hari-hari raya utama, sehingga puasa dapat dijalani dengan suka cita.

Selain masa-masa puasa tersebut, umat Kristiani Ortodoks berpuasa tiap hari Rabu dan Jumat (dan beberapa biara Ortodoks juga berpuasa tiap hari Senin). Beberapa tanggal tertentu dalam setahun ditetapkan sebagai hari puasa, meskipun jatuh pada hari Sabtu atau Minggu (dalam kasus semacam ini, puasanya agak diringankan, namun tidak dihilangkan sama sekali); hari-hari tersebut adalah: Hari Raya Pemenggalan St. Yohanes Pembaptis, dan Hari Raya Eksaltasi Salib. Ada beberapa periode bebas-puasa, di mana orang dilarang berpuasa, bahkan pada hari Selasa dan Jumat. Hari-hari tersebut adalah: seminggu sesudah paskah, seminggu sesudah Pentakosta, dan periode mulai Natal sampai malam Teofani (Epifani).

Paskah

Hari raya terbesar adalah Paskah, yang perhitungan tanggalnya oleh umat Ortodoks berbeda dengan umat Kristiani Barat. Baik di Gereja Barat maupun timur tanggal Paskah jatuh pada hari Minggu Pertama sesudah bulan purnama pada atau sesudah tanggal 21 Maret (yakni secara nominal adalah hari vernal equinox). Meskipun demikian, jika umat Kristiani barat mengikuti Kalender Gregorian dalam perhitungannya, maka umat Ortodoks memperhitungkannya dengan tanggal 21 Maret menurut Kalender Yulian, serta mengikuti aturan tambahan yakni Paskah Kristiani tidak boleh mendahului atau bertepatan dengan Paskah Yahudi (lihat computus untuk penjelasan lebih lanjut).

Tanggal Paskah adalah pusat dari keseluruhan tahun gerejawi, bukan saja karena menentukan tanggal permulaan Puasa Besar dan Pentakosta, namun juga karena memengaruhi siklus dari hari-hari raya tidak tetap, bacaan-bacaan Kitab Suci dam Oktoekhos (naskah yang dinyanyikan menurut delapan moda gerejawi) sepanjang satu tahun tersebut. Ada pula sejumlah hari-hari raya kecil sepanjang tahun yang didasarkan pada tanggal Paskah. Siklus tidak tetap dimulai pada Hari Minggu Zakeus (Hari Minggu pertama dalam masa persiapan untuk Puasa Besar), meskipun siklus Oktoeckos tetap berlanjut sampai Hari Minggu Palma.

Tanggal Paskah memengaruhi masa liturgi berikut ini:

Dua Belas Hari Raya Utama

Beberapa hari raya di bawah ini mengikuti siklus tetap, dan beberapa lagi di antaranya mengikuti siklus tidak tetap (paskah). Sebagian besar hari-hari raya pada siklus tetap memiliki periode persiapan yang disebut Pra-pesta, dan periode perayaan sesudahnya, mirip dengan Octav dalam Gereja Barat, yang disebut Pasca-pesta. Hari-hari raya besar pada siklus Paskah tidak memiliki pra-pesta. Lamanya pra-pesta dan pasca-pesta bervariasi, tergantung pada hari rayanya.

CATATAN: Dalam praktik Gereja Timur, jika hari raya ini jatuh pada Pekan Suci atau hari Paskah, maka hari raya anunsiasi ini tidak dipindahkan ke hari berikutnya. Justru jika tanggal kedua hari raya tersebut jatuhnya bertepatan, yakni yang dikenal sebagai hari "Kyriou-Paskha," maka hari tersebut dianggap sangat istimewa.

Hari-hari raya lain

Hari-hari raya tambahan berikut ini dirayakan seperti hari-hari raya besar:

Setiap hari dalam setahun diperingati beberapa orang kudus atau beberapa peristiwa dalam kehidupan Kristus atau Theotokos. Bilamana tiba suatu hari raya dalam siklus tidak tetap, maka hari raya dalam siklus tetap pada tanggal tersebut dipindahkan, semua doa perayaannya dinyanyikan dalam Ibadat Penutup hari itu atau salah satu hari berikutnya yang dirasa paling sesuai.

Siklus

Selain siklus tetap dan siklus tidak tetap, ada pula sejumlah siklus liturgi dalam tahun gerejawi yang memengaruhi perayaan ibadat-ibadat suci. Ini mencakup, Siklus Harian, Siklus Mingguan, Siklus Injil-Injil Ibadat Matin, dan Oktoekhos.

Penerapan Sekuler

Karena adanya dominasi agama kristen di Eropa pada Abad Pertengahan, banyak fitur-fitur penanggalan Kristiani terinkorporasi ke dalam kalender sekuler. Banyak hari-hari raya Kristiani menjadi hari libur, dan kini dirayakan oleh semua orang, beragama maupun tidak beragama, Kristiani maupun non-Kristiani — di seluruh dunia (untuk perayaan-perayaan tertentu). Perayaan-perayaan sekuler tersebut memiliki kemiripan-kemiripan tertentu dengan perayaan-perayaan rohani asalnya, kerap pula mencakup unsur-unsur ritual festifal kafir yang jatuh pada tanggal yang sama.

Sumber

  • Stookey, L.H. Calendar: Christ's Time for the Church, 1996. ISBN 0-687-01136-1
  • Hickman, Hoyt L., et al. Handbook of the Christian Year, 1986. ISBN 0-687-16575-X
  • Webber, Robert E. Ancient-Future Time: Forming Spirituality through the Christian Year, 2004. ISBN 0-8010-9175-6
  • Schmemann, Fr. Alexander. The Church Year (Celebration of Faith Series, Sermons Vol. 2), 1994. ISBN 0-88141-138-8

Lihat pula

Pranala luar